Skip to content Skip to footer

Menggagas Perpustakaan Kota Solo

Oleh : Harmawan

Sebagai kota budaya, Solo seharusnya mempunyai perpustakaan yang lebih baik dibandingkan dengan kota – kota lain yang tidak menyatakan diri sebagai kota budaya. Perpustakaan merupakan wahana pelestarian kekayaan budaya bangsa, sehingga fungsi utama perpustakaan adalah melestarikan hasil budaya masyarakat dan menyebarluaskan gagasan, pemikiran, pengalaman, dan pengetahuan sebagai hasil budaya manusia kepada masyarakat yang membutuhkannya. Keberadaan perpustakaan tidak dapat dipisahkan dari peradaban dan budaya masyarakat. Agar perpustakaan dapat berfungsi sebagaimana mestinya, maka diperlukan manajemen yang baik untuk mengelolanya. Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam pengembangan perpustakaan di kota Solo khususnya pengembangan perpustakaan yang dikelola oleh Kantor Arsip dan Perpustakaan Kota Surakarta antara lain :

Tempat dan bangunan.

Tempat dan bangunan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi perpustakaan. Dalam ingatan penulis, tempat yang pernah difungsikan sebagai perpustakaan di kota Solo adalah Sriwedari, Tirtomoyo dan sekarang di Kepatihan tepatnya di depan Kantor Kejaksaan. Dari ketiga tempat tersebut di atas, lokasi sekarang merupakan lokasi yang paling tidak strategis terutama ditinjau dari kemudahan masyarakat untuk mengaksesnya. Sriwedari merupakan lokasi yang sangat strategis untuk perpustakaan  Tentang bangunan, ketiga bangunan yang pernah difungsikan sebagai perpustakaan kota Solo adalah bangunan yang tidak dirancang secara khusus untuk perpustakaan. Dengan kondisi tersebut, perpustakaan akan mengalami kesulitan dalam merancang pemanfaatan ruang agar pengunjung merasa nyaman dan betah berada di perpustakaan. Oleh karena itu, tempat dan bangunan harus menjadi perhatian utama dalam pengembangan Kantor Arsip dan Perpustakaan Kota Solo ke depan. Perpustakaan Kota Solo seyogyanya dapat menjadi pusat kegiatan masyarakat (community center). Fasilitas – fasilitas seperti ruang pertemuan, pameran, ruang internet, kantin, sampai taman bermain anak perlu disediakan oleh perpustakaan. Sehingga seminar tidak perlu lagi diselenggarakan di hotel – hotel yang mahal, rekreasi tidak mesti harus ke tempat hiburan, berselancar melalui internet tidak harus ke warnet. Semuanya cukup di perpustakaan.

Sumber daya manusia

Aspek kedua yang perlu mendapat perhatian dalam mengembangkan perpustakaan adalah sumber daya manusia. Gedung yang megah, letak yang strategis tidak ada artinya tanpa ada pengelola yang profesional. Sumber daya manusia harus menjadi perhatian serius kalau ingin fungsi perpustakaan dapat dilaksanakan dengan baik. Keadaan sumber daya manusia di Perpustakaan Kota Solo sangat tidak memadai terutama dari segi kualitasnya. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pustakawannya yang tidak lebih dari 4 orang itupun kebanyakan pustakawan ”impassing”. Padahal keberadaan jabatan pustakawan sudah diakui oleh pemerintah sejak tahun 1990 dan calon-calon pustakawan potensial di Kota Solo sangat banyak baik pustakawan terampil maupun ahli. Namun karena kendala administrasi, calon pustakawan tersebut tidak dapat direkrut. Dalam penerimaan calon pegawai negeri di Pemerintah Kota Solo belum pernah ada formasi untuk pustakawan. Untuk mengatasi problem tersebut dapat dilakukan terobosan baru misalnya, mempekerjakan mahasiswa jurusan perpustakaan untuk bekerja  paruh waktu (part time). Cara ini merupakan cara yang sangat efektif untuk mengatasi masalah kekurangan tenaga pustakawan.  Disamping itu usaha pengusulan formasi pustakawan harus tetap dilakukan setiap ada kesempatan. Tentang peningkatan mutu tenaga yang sudah ada juga harus menjadi perhatian misalnya dengan cara mengirimkan staf ikut aktif dalam pelatihan, seminar , dan workshop yang sering diselengggarakan oleh perpustakaan perguruan tinggi, perpustakaan daerah, maupun Perpustakaan Nasional. Perpustakaan Kota Solo dapat juga meminta bantuan pembinaan teknis dari Perpustakaan UNS Solo.

Koleksi

Koleksi adalah modal utama perpustakaan. Ibarat toko, koleksi merupakan barang dagangannya perpustakaan. Karena koleksi dapat dianggap sebagai barang dagangan, maka perpustakaan harus selalu berusaha menjaga mutu koleksi dan disesuaikan dengan kebutuhan penggunanya. Kebutuhan pengguna perpustakaan akan selalu berkembang, karena itu koleksi juga harus selalu ditambah dari waktu ke waktu. Perpustakaan yang tidak pernah menambah koleksinya, akan mengalami kesulitan dalam menarik pengunjung agar datang ke perpustakaan. Untuk dapat memberikan pelayanan informasi yang lebih baik kepada pengguna, pengembangan koleksi harus berdasarkan relevansi. Koleksi hendaknya relevan dengan program- program pemerintah. Selanjutnya pengembangan koleksi juga harus berorientasi kepada kebutuhan pengguna dan yang tidak kalah penting adalah kemutakhiran koleksi. Koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan harus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pemanfaatan teknologi informasi

Tidak seperti keadaan sepuluh tahun yang lalu, bahwa setiap orang yang berkunjung ke perpustakaan akan dilayani dengan cara manual dan media yang digunakan masih dalam bentuk kertas (buku, majalah dsb). Kemajuan teknologi informasi telah merubah segalanya. Sistem layanan perpustakaan dengan cara manual sudah banyak ditinggalkan, diganti dengan sistem komputer. Media yang digunakan juga sudah berubah yang semula hanya mengandalkan kertas, sekarang mulai berkembang memanfaatkan media elektronik seperti e-book, e-journal, e-newpapers dsb. Sehingga pemanfaatan teknologi saat ini sudah menjadi kewajiban bagi perpustakaan yang ingin maju. Teknologi informasi membantu perpustakaan meningkatkan kualitas dan jenis layanannya. Minimal saat ini sebuah perpustakaan harus mempunyai sistem otomasi, jaringan lokal area network (LAN), dan akses ke internet. Pemanfaatan teknologi informasi di Kantor Arsip dan Perpustakaan Kota Solo masih minim. Otomasi perpustakaan belum jalan sepenuhnya, layanan internet belum dapat dilayankan untuk pengunjung, hotspot area belum menjangkau kantor tersebut. Hal ini harus menjadi perhatian pengelola perpustakaan.

Kelima aspek tersebut merupakan aspek dasar yang seharusnya dipenuhi oleh penyelenggara perpustakaan, apabila menghendaki perpustakaan tidak sepi pengunjung. Namun dalam pelaksanaannya dapat dilakukan secara bertahap dan ada skala prioritas. Inilah mimpi perpustakaan di kota budaya. Mimpi Perpustakaan Kota Solo.

1 Comments

  • Mega Setiani
    Posted 23 May 2018 11:00 am 0Likes

    thank you for sharing, i like this post

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.