Skip to content Skip to footer

PERANAN BIOTEKNOLOGI TANAMAN DALAM BIDANG PERTANIAN

Oleh:

Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S.
Tanggal 6 Agustus 2009

Bismillahirrahmanirrahim,

Yang saya hormati,
Rektor/Ketua Senat, Sekretaris Senat, dan para Anggota Senat Universitas Sebelas Maret
Para Pejabat Sipil dan Militer
Para Pembantu Rektor, Direktur dan Asisten Direktur Pascasarjana UNS, Dekan dan Pembantu Dekan di lingkungan UNS
Para Ketua dan Sekretaris Lembaga, Kepala Biro, Kepala UPT, serta seluruh pejabat di lingkungan UNS
Para Ketua Jurusan/Program Studi, Kepala Bagian, Ketua Laboratorium di Lingkungan UNS
Para Rekan Sejawat, Dosen, Staf Administrasi, dan Mahasiswa UNS, khususnya Fakultas Pertanian UNS
Para Tamu Undangan, Wartawan, Sanak Keluarga, Handai Taulan serta Hadirin yang berbahagia.

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
Selamat Pagi dan Salam Sejahtera untuk kita semua.

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia, rahmat, dan petunjuk- Nya kepada kita semua, sehingga sampai saat ini kita dapat hadir di sini dalam keadaan sehat wal afiat. Atas ijin Allah SWT saya dapat berdiri di mimbar terhormat ini untuk menyampaikan pidato pengukuhan Guru Besar dalam bidang Bioteknologi Tanaman pada Fakultas Pertanian UNS di hadapan para hadirin yang mulia ini.
Hadirin yang saya hormati,
Pada hari yang berbahagia ini, perkenankanlah saya menyampaikan pidato pengukuhan guru besar dengan judul ”Peranan Bioteknologi Tanaman dalam Bidang Pertanian”. Judul ini saya pilih mengingat pentingnya Ilmu Bioteknologi Tanaman dalam perbaikan sifat dan produksi tanaman dalam bidang Pertanian.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) yang terkait dengan Pembangunan Pertanian terdapat dalam misi kedua, kelima, dan keenam.
Misi kedua yaitu : Mewujudkan bangsa yang berdaya saing, dengan program: (1) membangun struktur perekonomian yang kokoh dengan basis pertanian dalam arti luas; (2) menghasilkan produk secara efisien, modern dan berkelanjutan yang mampu bersaing di pasar lokal dan global serta untuk memperkuat basis produksi secara nasional; (3) mendorong efisiensi, modernisasi dan nilai tambah sektor primer terutama sektor pertanian dalam arti luas.
Misi kelima : Mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan : (1) mengembangkan sistim ketahanan pangan guna menjaga ketahanan dan kemandirian pangan nasional;                (2) mengembangkan kemampuan produksi dalam negeri;                     (3) kelembagaan ketahanan pangan yang mampu menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup ditingkat rumah tangga, baik dalam jumlah, mutu, keamanan dan harga yang terjangkau;      (4) mengembangkan sumber-sumber pangan yang beragam sesuai dengan keragaman lokal.
Misi keenam : Mewujudkan Indonesia yang asri dan lestari : (1) memulihkan daya dukung sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk meningkatkan produksi dalam negeri dan meningkat¬kan nilai tambah; (2) mengamankan ketersediaan energi yang terukur sesuai dengan sumber daya dan kebutuhan, serta meningkatkan pengembangan energi alternatif ; (3) memanfaatkan jasa lingkungan dalam mencegah degradasi lingkungan serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mencintai lingkungan (UU No. 17 Tahun 2007).
Adapun program penelitian dan pengembangan pertanian Departemen Pertanian adalah : (1) Penelitian dan Pengembangan Komoditas (Tanaman Pangan, Hortikultura, Perkebunan dan Peternakan); (2) Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Pertanian (Bioteknologi, Sumberdaya Genetik dan Sumberdaya lahan); (3) Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi (Sosial Ekonomi, dan Analisis Kebijakan); (4) Peningkatan Efisiensi dan Nilai Tambah Pertanian (Mekanisasi Pertanian dan Pasca Panen); (5) Pengkajian dan Percepatan Diseminasi Inovasi Pertanian;              (6) Pengembangan Kelembagaan dan Komunikasi Hasil Litbang (Kelembagaan, Perpustakaan dan Penyebaran teknologi pertanian) (Menteri Pertanian, 2009).

Hadirin yang saya hormati,
Apabila kita menengok sejarah masa lalu, ribuan tahun yang lalu peradaban manusia mulai berubah dari hidup berpindah-pindah menjadi hidup menetap dengan menyandarkan hidup pada pertanian dan peternakan. Pada Era itu bangsa yang tercatat memulai dengan hidup menetap dengan bertani adalah bangsa-bangsa di Timur Tengah yang kemudian menyebabkan per¬tumbuhan desa dan kota serta daerah perkotaan.
Pada tahun 8000 SM bangsa di Mesopotania (Assyiria, Sumeria, Babylonia) memulai bertani, kemudian diikuti bangsa Mesir pada tahun 4000 SM mulai menanam gandum dan membuat roti, dan bangsa China menanam padi. Pada tahun 700 SM bangsa Babylonia untuk pertama kalinya menggunakan teknik pemuliaan seleksi pada tanaman jenis palma (Halford, 2006).

Hadirin yang saya hormati,
Dunia ilmu pengetahuan mengalami kemajuan, pada tahun 1753 M, Linnaeus mempublikasikan Species Plantarum, sejak saat itulah ilmu taksonomi tumbuhan mulai berkembang,  kemudian pada tahun 1859 Charles Darwin mempublikasikan On the origin of Species dan pada tahun 1866 Gregor Mendel mempublikasikan Versuche Aber Pflanzen Hybride (Halford, 2006).  Ilmu genetika tanaman yang membahas gen dan pola pewarisannya berkembang terus, demikian pula biologi seluler, pada tahun 1900 Haberlandt  mengeluarkan teori Totipotensi Sel  yaitu teori yang menerangkan bahwa setiap sel tumbuhan mempunyai kemampuan untuk hidup menjadi tumbuhan utuh apabila ditempatkan pada media atau lingkungan yang sesuai (George and Sherington, 1984).
Setelah ditemukannya DNA pada tahun 1869 oleh Friederich Miescher, penelitian-penelitian mengenai apa sebenarnya materi pembawa sifat keturunan pada makhluk hidup, akhirnya menunjuk¬kan hasil bahwa DNA adalah pembawa sifat keturunan. Setelah itu penelitian untuk mengetahui struktur DNA mulai dilakukan, struktur DNA dianalisis dengan kristalografi sinar X yang dibuat oleh Franklim dan Wilkins, kemudian diketahui bahwa struktur DNA adalah double helix  (Watson and Crick, 1953).
Studi mengenai DNA sebagai materi genetik dan enzim-enzim yang berperan dalam sintesis DNA dan rekombinasi DNA yang berada didalam sel terus berkembang. DNA polymerase merupakan enzim yang berperan dalam sintesis DNA, DNA ligase sebuah enzim yang berfungsi untuk menyambung DNA. Enzim restriksi endonuklease yang bisa memotong sequen DNA tertentu sangat besar manfaatnya untuk melakukan rekayasa DNA.  Stanley Cohen dan kawan-kawan menunjukkan bahwa DNA yang telah dipotong bisa disambung dengan plasmid (Cohen et al., 1973).
Kemajuan terus dicapai oleh para peneliti, penemuan metode analisis sequen DNA oleh Maxam dan Gilbert tahun 1977 membuat perkembangan teknologi DNA sequencing cepat maju (Maxam and Gilbert, 1977). Perkembangan selanjutnya Kary Mullis menemukan metode polymerase chain reaction (PCR) yaitu metode untuk amplifikasi atau penggandaan DNA tanpa melalui kloning dalam bakteri (Mullis and Faloona, 1987). Metode PCR sekarang ini telah digunakan secara luas dalam bidang Biologi Molekuler. Atas keberhasilannya para peneliti DNA tadi akhirnya mendapatkan hadiah Nobel.

Hadirin yang saya hormati,

Perbanyakan mikro (Micropropagation)
Teknik mikropropagasi tanaman telah dilakukan untuk menghasilkan bibit yang berkualitas dan bebas dari penyakit terutama pada tanaman yang mempunyai karakteristik sebagai berikut : tidak menghasilkan  biji, tanaman yang terus menerus diperbanyak secara vegetatif, tanaman yang terinfeksi virus,  biji yang tidak sempurna, dan tanaman yang relatif sulit diperbanyak secara vegetatif dan generatif.
Beberapa tanaman yang berhasil diperbanyak secara in vitro antara lain : pisang yang bisa menghasilkan jumlah sisir buah pisang dalam tandan yang lebih banyak. Produksi umbi mikro kentang untuk penyediaan bibit kentang yang telah dikembangkan di Fakultas Pertanian UNS dengan berbagai metode perlakuan penggunaan zat perlambat tumbuh (Retardant) dan zat pengatur tumbuh (Growth Regulator) serta pengaturan pencahayaan (Yunus et al. 2002).
Demikian juga dengan tanaman lain seperti tanaman hias Anthorium, Anggrek, dan Sansivera; tanaman tahunan seperti Jati, sengon, bambu dan jarak pagar (Yunus et al. 2007); tanaman sayuran asparagus, bawang putih dan bawang merah; tanaman rimpang jahe, dan umbi seperti ketela rambat, dan ketela pohon  telah dilakukan dilaboratorium Fisiologi dan Bioteknologi Tanaman Fakultas Pertanian UNS.
Teknik mikropropagasi juga telah dikembangkan untuk beberapa tanaman obat.  Beberapa diantaranya yang telah berhasil dilakukan seperti pule pandak, artemisia, mahkota dewa dan lainnya. Embryogenesis somatik juga telah banyak dilakukan yaitu suatu proses pembentukan embrio dari sel somatik. Keberhasilan pembentukan embrio somatik sangat bermanfaat karena akan membawa keberhasilan dalam penyediaan bibit dalam jumlah besar (Jha et al., 2007).
Metabolit sekunder (Secundary Metabolite)

Tanaman obat merupakan sumber bahan baku obat. Sebagian besar senyawa kimia yang berasal dari tanaman yang digunakan sebagai bahan obat adalah metabolit sekunder. Secara in vitro produksi metabolit sekunder ini dapat dilakukan dengan teknik kultur jaringan (Yunus et al., 2007).
Beberapa diantaranya adalah produksi artemisinin sebagai bahan obat anti malaria. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Artemisinin bisa diproduksi di dalam sel kalus Artemisia annua, sehingga perlu dikembangkan metode yang efisien untuk meghasilkan senyawa artemisinin dari sel kalus (Yunus et al., 2007).
Penelitian untuk tanaman Purwoceng yang mengandung senyawa afrodisiak yaitu stigmasterol dan sitosterol sedang dilakukan, tujuannya adalah untuk mengetahui apakah senyawa stigmasterol dan sitosterol bisa disintesis dari kalus, untuk meningkatkan kandungan senyawa tersebut baik pada tingkat molekuler, sel, maupun tanaman. Disamping itu dilakukan  penelitian teknik budidaya porwoceng secara ex situ untuk mengembangkan sentra purwoceng di daerah lain.

Hadirin yang saya hormati,
Endofit (endophyte) adalah mikrobia baik jamur maupun bakteri yang hidup di intraseluler jaringan tanaman dengan membentuk koloni tetapi tidak merugikan inangnya (Yunus et al., 1999).
Kualitas interaksi antara tanaman dengan mikrobia diantara¬nya ditentukan oleh indole acetamide yang merupakan produk antara (intermediate) dari biosintesis IAA (Auksin). Transfer gen iaaM dari bakteri Pseudomonas syringae kedalam Neothyphodium endophyte akan dapat memperbaiki kualitas interaksi antara tanaman dengan Neotyphodium. Interaksi antara tanaman dengan Neotyphodium akan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap stress abiotik dan biotik (Yunus et al., 2000)
Setiap tanaman tingkat tinggi dapat mengandung beberapa mikrobia endofit yang mampu menghasilkan metabolit sekunder yang sama dengan inangnya, yang diduga sebagai akibat terjadinya  transfer gen dari tanaman ke endofit (Tan et al., 2001). Kemampuan endofit memproduksi metabolit sekunder merupakan peluang penelitian yang besar untuk memproduksi metabolit sekunder.
Berbagai jenis endofit telah berhasil diisolasi dari tanaman inangnya, dan telah berhasil dibiakkan dalam media pertumbuhan yang sesuai. Demikian pula metabolit sekunder yang diproduksi oleh endofit tersebut telah berhasil diisolasi dan dimurnikan serta diketahui struktur molekulnya. Beberapa diantaranya adalah  Cryptocandin adalah anti jamur yang dihasilkan oleh endofit Cryptosporiopsis quercina yang diisolasi dari tanaman  Tripterigeum wilfordii (Strobel et al. 1999).

Eliminasi virus dari Tanaman terinfeksi virus
Teknik kultur meristem menjadi pilihan untuk pemurnian bibit dari induk tanaman yang terinfeksi virus seperti yang telah berhasil kami lakukan yaitu kentang, bawang merah dan bawang putih. Kultur meristem kentang telah diterapkan di Balai Benih Induk Kentang di Temanggung untuk menghasilkan bibit yang bebas virus yang selanjutnya dipakai sebagai penghasil bibit. Bibit yang bebas virus akan menunjukkan pertumbuhan dan hasil yang baik.
Hasil penelitian kultur meristem untuk bawang merah dan bawang putih menunjukkan bahwa bibit yang dihasilkan tidak terinfeksi virus, diharapkan bibit yang sudah dimurnikan dari virus tersebut mempunyai produksi yang tinggi. Hasil penelitian dengan menggunakan pucuk mikro bawang merah menunjukkan peningkatan hasil yang cukup tinggi dibandingkan dengan meng¬gunakan bibit biasa (Yunus et al., 2000).

Hadirin yang saya hormati,

Keragaman Somaklonal (Somaclonal Variation)
Keragaman somaklonal dapat diperoleh dari kultur sel atau kalus dalam media yang diberi perlakuan agensia seleksi seperti toksin, garam, polyethylen glycol (PEG) dan mutagen lainnya. Penelitian yang pernah dilakukan pada tanaman tebu untuk meningkatkan ketahanan terhadap penyakit pokah bung yang disebabkan oleh Fusarium moniliforme memberikan hasil yang positif. Sel kalus yang bertahan hidup setelah diberi toksin                   F. moniliforme dalam media In vitro menghasilkan bibit yang lebih tahan terhadap serangan F. moniliforme. Hasil pengujian ketahanan di alam terhadap bibit asal sel kalus yang diinokulasi isolat cendawan dari alam, menunjukkan bahwa peningkatan status ketahanan menjadi: dari jenis tebu yang tidak tahan menjadi agak tahan, dari jenis yang agak tahan menjadi tahan, dan dari jenis yang tahan menjadi sangat tahan sesuai dengan prosedur standar pengujian ketahanan penyakit pokah bung (Yunus et al., 2000).

Hadirin yang saya hormati,

Penanda Molekuler (Molecular Marker)
Dewasa ini telah berkembang penanda genetik untuk membantu analisis keragaman genetik tanaman baik antar spesies maupun dalam satu spesies. Ada tiga jenis penanda yang umum digunakan yaitu: penanda morfologi, penanda berdasarkan protein, dan penanda berdasarkan DNA. Penanda yang mudah dikenali dari pengamatan mata adalah penanda morfologi seperti bentuk daun, urat daun, bentuk kelopak bunga, warna bunga dan sebagainya.  Penanda morfologi dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sehingga kurang akurat.
Penanda berdasarkan protein umumnya adalah isozim, sedangkan alozim jarang digunakan, isozim menunjukkan satu enzim dengan lebih dari satu lokus karena adanya duplikasi gen atau famili gen, sedangkan alozim menunjukkan satu enzim dengan satu lokus. Penanda isozim mempunyai beberapa kekurangan yaitu terbatas pada enzim yang dapat dideteksi in situ, dan pola pita relatif dapat dipengaruhi oleh lingkungan dan tipe jaringan sel spesifik. Penanda isozim telah banyak diaplikasikan pada beberapa tanaman seperti pada kedelai (Rita et al., 2004), dan tanaman jarak pagar (Yunus, 2007a dan Yunus, 2007b).
Jumlah, ukuran, dan kariotip kromosom pada tanaman tertentu yang belum diketahui terutama yang mempunyai prospek baik juga perlu diketahui seperti pada jarak pagar (Yunus et al., 2008).
Penanda berdasarkan DNA akhir-akhir ini menjadi pilihan dan telah diaplikasikan pada banyak jenis tanaman. Kelebihan penanda DNA atau penanda molekuler adalah tidak dipengaruhi oleh lingkungan dan terekspresi pada semua jaringan tanaman. Beberapa macam penanda DNA adalah: Restriction Fragment Length Polymorphisms (RFLP), fragmen atau potongan DNA yang didapat berasal dari DNA genom yang dipotong oleh enzim restriksi, sehingga metode ini tidak berbasis pada teknologi PCR.
Penanda DNA yang lainnya adalah penanda DNA yang berbasis pada teknologi PCR yaitu: Random Amplified Poly¬morphic DNA (RAPD); Simple Sequence Repeat (SSR) atau Microsatellite DNA; dan amplified fragment length polymorphisms (AFLP) yang merupakan kombinasi dari metode RFLP dengan PCR. RAPD bisa dikatakan sebagai penanda DNA yang anonym tetapi bisa dikonversi ke penanda pada daerah dimana sequen dapat diamplifikasi atau sequenced characterized amplified region marker (SCAR). Mekanisme kerja SSR berdasarkan pada primer 18-25 bp, polimorfisme tergantung pada jumlah ulangan sequen unit (Orosco et al., 1994; Collard et al., 2005). Penerapan analisis keragaman genetik dengan penanda RAPD dan SSR cukup baik  untuk tanaman jarak pagar, sehingga dapat diterapkan pada tanaman lainnya (Yunus et al., 2009).

Hadirin yang saya hormati,

Rekayasa Genetika (Genetic Engineering)
Kemajuan yang telah dicapai dalam bidang bioteknologi tanaman telah membantu mempercepat dan meningkatkan berbagai penelitian menuju ke arah pemahaman tentang biosintesis. Berbagai penelitian telah berhasil dilakukan untuk manipulasi enzim-enzim yang berperan dalam metabolisme. Teknik rekayasa genetika dengan melakukan transfer gen telah dilakukan dengan menggunakan bakteri Agrobacterium tumafaciens (Murakami et al. 1998) atau transformasi genetik secara langsung dengan meng¬gunakan Polyethylene glycol (PEG) dan particle gun (Yunus et al., 1999; Yunus et al., 2000).
Kemampuan bakteri A. tumafaciens yang mampu mentransfer T-DNA ke dalam nukleus dan berintegrasi ke dalam kromosom tanaman inilah yang dimanfaatkan oleh para peneliti untuk melakukan rekayasa genetika. Ekspresi dari gen yang ditransfer kedalam tanaman telah banyak diteliti terutama pengaturan ekspresinya (Murakami et al., 1998).
Teknologi rekayasa genetika telah berkembang untuk tujuan peningkatan kandungan nutrisi tertentu seperti beta karotin pada padi, kandungan protein dan nutrisi lainnya pada ubi kayu (Sayre, 2008). Tujuan lainnya adalah untuk meningkatkan kandungan minyak dan pengaturan komposisi minyak biji-bijian baik yang dipakai sebagai minyak makan maupun sebagai bahan baku biodisel.
Hasil penelitian transformasi genetik terhadap tanaman obat seperti  Echinea purpurea dapat meningkatkan komposisi alkaloid secara signifikan (Koroch et al., 2002). Demikian pula transformasi genetik menggunakan A. rhizogenes telah berhasil meningkatkan produksi artemisin 4.8 mg/l dari kultur  A. annua  (Cai et al., 1995).
Teknologi anti-sense DNA juga berkembang yang bertujuan untuk mengatur penekanan gen (down regulated) agar gen yang bertanggung jawab terhadap penyebab penyakit atau sintesis toksin bisa dihambat kerjanya. Analisis terhadap kelainan bahkan kegagalan ekspresi seperti kejadian gen yang tidak bekerja pasca transkripsi (post transcriptional gene silencing) bisa dideteksi secara molekuler (Yunus et al., 2001).

Hadirin yang saya hormati,
Riset untuk memperbaiki kualitas nutrisi tanaman masih terbatas karena kurangnya pengetahuan mengenai metabolisme dan interaksi dari ribuan jalur metabolisme. Perlu memperkuat penguasaan jalur metabolisme tersebut untuk melakukan rekayasa metabolit, yaitu mengarahkan satu atau beberapa reaksi enzimatis untuk memperbaiki produksi senyawa yang sudah ada, senyawa baru, atau sebagai media untuk mendegradasi metabolit yang tidak diinginkan. Sebagai contoh keberhasilan rekayasa metabolit adalah ekspresi dari gen Tf C1 dan R yang mengatur produksi flavonoid di lapisan aleuron jagung, bisa menghasilkan akumulasi antosianin yang tinggi di tanaman Arabidopsis (Bruce et all., 2000). Della Penna mendapatkan bahwa gen Tf RAP2.2 dan SINAT2 dapat meningkatkan carotenogenesis pada daun Arabidopsis (Welsh              et all., 2007).
Perkembangan akhir-akhir ini Carlson et all. (2007) telah merancang vektor minikromosom yang tetap terpisah secara otonom dengan kromosom tanaman dan bereplikasi secara stabil ketika dimasukkan kedalam sel jagung. Hasil penelitian ini memungkinkan untuk merancang minikromosom yang mampu membawa gen untuk merekayasa proses biosintesis yang meng¬hasilkan metabolit.

Hadirin yang saya hormati,
Minyak makan dengan kandungan asam lemak tidak jenuh (monounsaturated) memberikan perbaikan kestabilan, flavor, dan nutrisi bagi manusia. Asam Oleat (18:1) sebagai monounsaturated memberikan stabilitas yang lebih baik dibandingkan dengan polyunsaturated asam linoleat (18:2) dan asam linolenat (18:3). Metode penghambatan antisen dari oleate desaturase pada kedelai dapat menghasilkan minyak yang mengandung lebih dari 80% asam oleat (normal 23%) (Kinney and Knowlton, 1988).
Malnutrisi untuk nutrisi mikro (micronutrient) yang umum disebut kelaparan tersembunyi (hidden hunger) banyak terjadi pada penduduk dunia terutama ibu dan anak di negara berkembang (United Nation Committee on Nutrition, 2004). Beberapa mineral seperti kalsium, selenium, dan iodin serta  vitamin A, B6, E, dan folat memegang peranan penting dalam menjaga kesehatan. Jumlah vitamin E dapat ditingkatkan pada tanaman kedelai dan jagung, dan Betakarotin (prekursor vitamin A) pada padi, manfaat dari peningkatan nutrisi tersebut telah diteliti oleh lembaga riset ilmu Hayati (International Life Sciences Institute, 2008).

Sebagai akhir dari uraian tulisan ini saya membuat kesimpulan sebagai berikut:

  1. Penelitian Bioteknologi Tanaman perlu diarahkan untuk memperbaiki sifat dan produksi tanaman terutama tanaman asli Indonesia
  2. Penelitian Bioteknologi Tanaman diharapkan mampu menghasilkan tanaman yang tahan terhadap hama, penyakit dan kekeringan
  3. Bioteknologi Tanaman diharapkan mampu meningkatkan kualitas nutrisi hasil tanaman pertanian.

UCAPAN TERIMA KASIH
Hadirin yang saya hormati dan saya muliakan.
Di akhir pidato pengukuhan ini, dari lubuk hati yang terdalam saya menghaturkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

  1. Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia dan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi atas kepercayaan yang diberikan kepada saya untuk memangku jabatan Guru Besar dalam bidang Bioteknologi Tanaman pada Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.
  2. Rektor/Ketua Senat Universitas Sebelas Maret, Bapak Prof. Dr. Muchamad Syamsulhadi, dr., Sp.KJ.(K), dan seluruh anggota Senat Universitas.
  3. Dekan/Ketua Senat Fakultas Pertanian Univer¬sitas Sebelas Maret dan segenap  anggota Senat Fakultas Pertanian, Para Ketua Program Studi S1, S2 dan S3 di lingkungan Fakultas Pertanian, Ketua Laboratorium Fisiologi dan Bioteknologi  beserta anggotanya, dan Tim Kumulatif Kredit Point (CCP) yang telah menyetujui saya untuk naik ke jabatan Guru Besar.
  4. Tim Asistensi Kelayakan Pengukuhan Guru Besar: Prof. Drs. Suranto, MSc., Ph.D.;  Prof. Dr. Ambar Mudigdo, dr., Sp. PA (K); Prof. Dr. Bani Sudardi, M.Hum.; Prof. Dr. Sigit Santosa, M.Pd yang telah memberikan masukan terhadap naskah ini.
  5. Kepada para guru saya di SD Negeri Sidoarjo, Madrasah Ibtidaiyah Sunan Drajat  Lamongan, SMP Negeri 1 Lamongan, SMA Negeri I  Lamongan, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Program Pascasarja Institut Pertanian Bogor dan Graduate School of Natural Sciences and Technology Okayama University.
  6. Prof. Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc (alm.), Prof. Dr. Ir. Djoko Purnomo, M.P, Ir. Sutopo, MP selaku pembimbing saya pada program Sarjana; Prof. Dr. Ir. Rusmilah Suseno, M.Sc, Prof. Dr. Ir. Livy Winata Gunawan, M.Sc (alm.); Dr. Ir. Gunawan Sukarso, M.Sc;  selaku pem¬bimbing saya pada program Magister.
  7. Prof. Dr. Tetsuji Yamada (alm.),  Prof. Dr. Yuki Ichinose, dan Prof. Dr. Tomonori Shiraishi, selaku Promotor, Ko-Promotor pada program Doktor.
  8. Prof. Dr. Sutarno, M.Pd sebagai Ketua Tim KBK UNS yang secara rutin mengembangkan sistim KBK di UNS bersama para Pembantu Dekan I di lingkungan UNS. Dr. Ir. Syafii, M.Sc sebagai Ketua International Office UNS yang memberi layanan untuk mengangkat UNS menuju World Recognized University.
  9. Segenap civitas akademika Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, khususnya di Jurusan Agronomi/Agro¬teknologi. Tim Penjaminan Mutu dan Tim Kurikulum. Terima kasih atas kerja sama yang telah terbina selama ini.
  10. Ir. Toeranto Sugiyatmo, Ir. Sri Soetiarti S. Hartono, M.Sc, Ir. Zainal Jauhari, MS., Prof. Dr. Ir. Sholahudin, MS.; Prof. Dr. Ir. Suntoro, M.S, Prof. Dr. Ir. Edi Purwanto, M.Sc, Prof. Dr. Ir. Sri Handayani, M.Sc. yang telah memberikan motivasi kepada saya untuk menuntut ilmu. Prof. Dr. Suranto, M.Sc; Prof. Dr. Sutarno, M.Sc; dan Prof. Dr. Sajidan M.S, Dr. Ir. Vita R. Cahyani, M.S; Dr. Ir. Samanhudi, M.S  yang  menekuni disiplin ilmu yang sama Bioteknologi.
  11. Kedua Orang Tua Saya, Ayahnda bapak H. Abdul Rochim dan Ibunda Hj. Masruchah (alm.) yang membesarkan dan men¬didik saya sejak masih kecil, memberikan keteladanan dalam kesederhanaan, kesabaran dan selalu mendoakan saya agar menjadi orang yang berguna bagi sesama dan lingkungannya. Kedua mertua saya bapak R.M Sunarno (alm) dan ibu R. Ngt. Satini (alm) yang selalu mendoakan saya sewaktu masih bersama. Untuk orang tua, mertua dan para guru saya tersebut, saya mendoakan semoga Allah SWT membalas amal baik beliau dengan pahala yang berlipat ganda.
  12. Kepada istri tercinta yang senantiasa setia mendampingi dalam menjalani hidup saya Dra. R.A. Andam Dewi Indriani dan kedua anakku Aditya Muhamad Nur dan Hana Indriyah Dewi ucapan terima kasih rasanya tiada cukup atas pengertian, pengorbanan, kasih sayang dan doanya. Kepada adik-adikku beserta keluarganya: drh. Ahmad Yuhanes, M.M; Drs. Ahmad Mujtahid;  Ir. Imam Sayuti; Dra. Risnichlah; dan dr. Ahmad Zamroni, yang selalu mendoakan saya. Kakak dan adik ipar beserta keluarganya: bpk. Sartono (alm.),  Drs. Sarwono;  Drs. Sarsito; Saryanto B.A; Dra. Sri Yuniati; yang selalu memberikan doanya kepada saya.
  13. Semua pihak yang telah membantu baik berupa tenaga, fasilitas, masukan dan saran,  penulis mengucapkan terima kasih. Semoga cita-cita luhur kita selalu mendapat ridhlo dari Allah SWT, Amien.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.

Pustaka Acuan

Bruce W, Folkerts O, Garnaat C, Crasta O, Roth B, Bowen B.2000. Expression profiling of the maize flavonoid pathway genes controlled by estradiol-inducible transcription factors CRC and P. Plant Cell 12: pp.65–80
Cai G., G. Li, H. Ye. 1995. Hairy roots culture of Artemisia annua L. by Ri plasmid transformation and biosynthesis of artemisinin. Chin j Biotechnol. 11: 227-235.
Carlson S.R, Rudgers G, Zieler H, Mach J, Luo S, Grunden E, Krol C, Copenhaver G, Preuss D. 2007. Meiotic transmission of an in vitro assembled autonomous maize minichromosome PLoS Genet 3: e.179
Carvalho, V.P., Ruas, C.F., Ferreira, J.M., Moreira, R. M. P., and Ruas, P. M. 2004. Genetic diversity among maize (Zea mays L.) landraces assessed by RAPD marker. Genet Mol Biol 27 (2):1-33.
Castillo UF., G.A. Strobel, E.J. Ford, W.M Hess, H. poter, J.B.Jenson, H. Albert, R. Robinson, MA. Condron, DB. Teplow, D. Stevens and D.Yaver. 2002. Munumbicins, wide spectrum antibiotics produced by Streptomyces NRRL 30562, endophytic on Kennedia nigriscans. Microbiology 148: 2675-2685.
Collard B.C.Y., Jahufer M.Z.Z., Brouwer J.B., Pang E.C.K. 2005. An introduction to markers, quantitative trait loci (QTL) mapping & marker assisted selection for crop improvement: The basic concepts Euphytica 142: 169–196
Halley, S. D., Miklas, P. N., Stavely, J. R., Bryan, J. and Kelly, J.D. 1992. Identification of RAPD marker linked to a major gene block in common bean. Theor. Appl Genet 86: 505-512.
Hamrick, J.L. and M.J.W. Gode.1989. Allozyme diversity in plants.In Brown, A.H.D., M.T. Clegg, A.L. Kahler, and B.S. Weir (Eds.). Plant Population Genetics. Breeding and Genetic Resources. Sinauer Associates, Sunderland. MA. USA. P.318-370.
Halford N.G. 2006. Crop Performance and Improvement, Rothamsted Research, Harpenden, Hertfordshire, AL5 2JQ, United Kingdom. Plant Biotechnology. John Wiley & Sons, Ltd.
International Life Sciences Institute. 2008. Nutritional and safety assessments of foods and feeds nutritionally improved through biotechnology: case studies. Comprehensive Reviews in Food Science and Food Safety 7: 50–99.
Jha T.M., Mukherjee  P. and M.M. Datta. 2007. Somatic embryo genesis in Jatropha curcas Linn., an important biofuel plant. Plant Biotechnology Reports. Korean Society for Plant Biotechnology and Springer.
Jako. C., A. Kumar, Y. Wei, J. Zou, D.L. Barton, E.M Giblin, P.S. Covello, and D.C.Taylor. 2001. Seed-Specific Over-Expression of an Arabidopsis cDNA Encoding a Diacylg lycerol Acyltransferase Enhances Seed Oil Content and Seed Weight. Plant Physiology, June 2001, Vol. 126, pp. 861–874.
Kinney A.J, and Knowlton S. 1998. Designer oils: the high oleic acid soybean. In S. Roller, S Harlander, eds, Genetic Modification in the Food Industry. Blackie Academic and Professional, London, pp. 193–213.
Maxam, A.M. and Gilbert, W. 1977. New method for sequencing DNA. Proceedings of the National Academy of Sciences USA 74, pp.560–564.
Meghna R. M., F. Wang, J.M. Dirpaul, N. Zhou, J. Hammerlindl, W. Keller., Suzanne., R. Abrams., Alison M.R. Ferrie and J.E. Krochko. 2008. Isolation of an embryogenic line from non-embryogenic Brassica napus cv. Westar through microspore embryogenesis. Journal of Experimental Botany, Vol. 59, No. 10, pp. 2857–2873
Menteri Pertanian. 2009. Meningkatkan Peran Pertanian Indonesia dalam Daya Saing Global. Lokakarya Nasional Forum Komunikasi Perguruan Tinggi Pertanian Indonesia. Kupang. NTT.
Mullis, K.B. and Faloona, F.A. 1987. Specific synthesis of DNA in vitro via a polymerasecatalyzed chain-reaction. Methods in Enzymology 155, pp.335–350.
Murakami Y., Nishino T., Taira T., Yunus A., Ichinose, Y.1998. The effect of Expression of Procaryotic Type iaa Genes in Agrobacterium tumefaciens on Plant Tumorigenecity. Journal of General Plant Pathology. Japan.Vol.63 No.5
Nirmala S., M. Anderson, A. Kumar, Y. Zhang, E.M Giblin, S.R. Abrams, L.I. Zaharia, D.C. Taylor and P.R. Fobert. 2008. Transgenic increases in seed oil content are associated with the differential expression of novel Brassica-specific transcripts. BMC Genomic, 9: 619 2-18
Orozco-Castillo, K.,J. Chalmers, R. Waugh & W. Powell. 1994. Detection Of Genetic Diversity And Selective Gene Introgression In Coffee Using RAPD Markers. Theor. Appl. Gent. 87: 934-940.
Rita, R. C., A. Yunus., E. Purwanto. 2004. Analisis Keragaman Genetik Beberapa Varietas Kedelai. Jurnal Agrosain. Vol. 6 (2): 96-104.
Strobel G.A., R.V. Miller, C.Miller, M. Condron, D.B. Teplow, and WM. Hess. 1999. Cryptocandin, a potent antimycotic from endophytic fungus Cryptosporiopsis quercina.  Microbiology 145: pp.1919-1926.
Tan, R.X and W.X Zou. 2001. Endophytes a rich source of functional metabolites.  Nat prod. Rep.18: 448-459.
UU No. 17. Tahun 2007. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN).
Watson, J. and Crick, F. 1953. A structure for deoxyribose nucleic acid. Nature 171, pp.737.
Welsch R, Maass D, Voegel T, Dellapenna D, Beyer P. 2007. The transcription factor RAP2.2 and its interacting partner SINAT2: stable elements in the carotenogenesis of Arabidopsis leaves. Plant Physiol 145: pp.1073–1085
Williams, J.G.K., A.R. Kubelik., K.J. Livak, J.A. Rafalski, and S.V. Tingey. 1990. DNA Polymorphisms Amplified By Arbitrary Primers Useful As Genetic Markers. Nucl. Acids Res. 18:6531-6535.
Ye X., AlBabili S, Kloti A., Zhang J, Lucca P, Beyer P, Potrykus I. 2000. Engineering the provitamin A (beta-carotene) biosynthetic pathway into (carotenoid-free) rice endosperm. Science 287: 303–305
Yunus, A., Ichinose, Y., Shiraishi, T and Yamada, T. 1999. Genetic modification of Mutualistic Fungal Acremonium Endophyte. Scientific Journal of the Faculty of Agriculture, Okayama University, Japan. Vol. 87:99-107
Yunus, A., Kawamata, S., Shimanuki T., Ichinose, Y., Shiraishi, T and Yamada, T. 2000. Transformation of Endophyte Neotyphodium with the iaaM Gene. Journal of General Plant Pathology. Japan. Vol.65 No.2:192-196
Nishiguchi, M., S. Sonoda, Y. Tanaka, M. Shimono and A. Yunus. 2000. Graft-transmission of target specificity of Post-transcriptional Gene Silencing in Transgenic Plant with CP gene of Sweet Potato feathery mottle virus. Proc.Inter. Symposium of Durable Disease Resistance. Netherlands.
Yunus, A., Sukarso, G., and Gunawan, L. W. 2000. The Effect of Extract of Fusarium  moniliforme on the Growth and  Resistance of Sugarcane against Fungal Disease. Journal Agrosain. Vol.2:1-11.
Yunus, A., Nishiguchi, M., Sonoda, S., Tanaka, Y., and Shimono, M. 2001. Detection of 25 nucleotides of Post- transcriptional Gene Silencing of cpfeathery motle virus on Transgenic of Nicotiana bentamiana. Journal of  Plant Biotechnology, Nat. Institute of Agrobiol. Res. Japan.
Yunus, A., Amalia, T. S., Eva, P. L., Reny, H., and Ummul, B. 2002. Microtuber Induction on Potato through Plant Growth Regulator Manipulation. Journal Agrosain. Vol. 4: 15-19.
Yunus, A., Praswanto, Bayu, N., and Yulia, W. 2002. The Induction of Secondary metabolites, Alkaloid and Flavonoid on the Manipulation of Medicinal Plant Callus. Journal Agrosain. Vol. 4: 25-30.
Yunus, A. 2007a. Studi Morfologi dan Isozim Jarak Pagar Sebagai Bahan Baku Energi Terbarukan di Jawa Tengah. Jurnal Enviro. Vol. 9 (1):73-82.
Yunus, A. 2007b. Identifikasi Keragaman Genetik Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) di Jawa Tengah Berdasarkan Penanda Isozim. Jurnal Biodiversitas. Vol. 8, No.3:249-252
Yunus, A., Parjanto, E. Yuniastuti, D.W. Djohar, S.J. Fajarwati. 2008. Chromosome Analysis Of Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Asia Pacific Conference II on Art, Science, Engineering, and Technology.
Yunus, A., Samanhudi, E.Yuniastuti, N. Hanifah. 2008. The Effect Of NAA And BAP On The Growth Of Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Explant Through In Vitro Culture. Asia Pacific Conference II on Art, Science, Engineering, and Technology.

1 Comments

  • Mega Setiani
    Posted 26 May 2018 3:22 am 0Likes

    informasi yg sangat menarik

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.